Halaman

Kamis, 13 Juni 2013

filsafat cina



Filsafat taoisme- Lao tzu
Disusun Guna Memenuhi Tugas Presentase Kelompok Pada Mata Kuliah Filsafat Cina
Oleh    :
Siti Ikhwanul Muthmainnah P
Gini AbdusSalam
Abi Akbar Atma


uin.jpg

PROGRAM STUDY AKIDAH DAN FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013

A.    Sejarah Hidup
            Lao Tzu hidup pada tahun 640 SM. Nama aslinya adalah Li Erh dan Lao Tzu, sedangkan nama dewasanya adalah Dewata, Lau Chun, Th'ai Shang Lau Chun, atau Th'ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama Lao Tzu secara harfiah mengandung pengertian “Empu Tua”. Sumber utama tentang biografi Lao Tzu terdapat dalam Shih Chi atau “Record Of The Historian” (Catatan-catatan Historis) Karya Su Ma Chien, sejarawan yang menulis pada tahun 100 SM. Dia berkata bahwa Lao Tzu adalah keturunan keluarha Li sekaligus penduduk asli Chu Jen, sebuah desa di distrik Hu, negri Chu yang sekarang berubah namanya menjadi Lu Yi di bagian timur provinsi Honan. Umur Lao Tzu diperkirakan mencapai 150 tahun, namun ada beberapa orang yang mengatakan umurnya mencapai 200 tahun lebih.
            Pada masa-masa muda Lao Tzu pernah bertugas sebagai seorang pegawai di sebuah kantor penyimpanan dokumen-dokumen dan surat-surat kuno dan bersejarah kerajaan (Perpustakaan) pada masa Dinasti Chou (1111-255 SM). Ketika menginjak masa pensiunnya Lao Tzu mempraktekkan prinsip hidup yang jauh akan hawa nafsu dengan pergi menghindar dari kehidupan dunia dan bermukim disebuah hutan yang sekarang ini dikenal dengan ajaran Tao. Ia berpendapat bahwa manusia harus menemukan kebahagiaannya masing-masing bukan kesuksesan, hal ini hanya dapat di raih dengan menjalankan prinsip Tao yaitu memisahkan diri dari keramaian serta menekankan prinsip Wu-Wei yaitu kesederhanaan, penuh kedamaian, ketenangan batin dan kemurnian pikiran atau budi.[1]
            Di akhir perjalanan hidupnya Lao Tzu dikabarkan pergi kearah Barat, Tibet. Dalam perjalanannya dia bertemu dengan seorang penjaga gerbang negri Tibet di lembah Hanoko yang bernama Yin Shi, Lao Tzu bermaksud meninggalkan negrinya sendiri, namun penjaga itu melarangnya karena penjaga gerbang itu merasa bahwa Lao Tzu adalah tokoh yang luarbiasa. Singkat cerita penjaga gerbang memperbolehkan Lao Tzu untuk meninggalkan negrinya tetapi dengan satu syarat yaitu “Harus Meninggalkan Suatu Ajaran Yang Dapat Bermanfaat Untuk Masyarakat Negrinya”. Akhirnya Lao Tzu sepakat dan bermalam selama 3 hari dilembah itu dan menuangkan buah pikirannya kedalam bentuk tulisan yang saat ini dikenal dengan nama Tao Te Ching.
            Menurut tradisi Cina, Tao berasal dari seorang yang bernama Lau Tzu, yang lain menyebut dengan Lau Tse dan Lau Zi, yang diperkirakan lahir pada 640 SM di negara Chu (propinsi Honan).[2]
Perkiraan kepribadianya didasarkan pada sebuah buku yang dianggap ditulisnya, yang mengisyaratkan sebagi seorang pertapa yang hanyut dalam meditasi okultis. Buku mengenai kisah hidupnya diduga ditulis oleh SimaQian yang hidup awal SM, yaitu ‘Shi Ji’.[3]
            Di antara yang mengakuinya sebagai Tuhan adalah Kelompok Topi Kuning (yellowturbans). Oleh mereka yang menganggapnya sebagai Tuhan, Lao dipercayai dapat menurunkan wahyu. Nama Tao sendiri diambil dari “Tao Te Ching”, yang artinya “Jalan dan Kekuatan
B.     Lao Tzu sebagai tokoh dan Lao-tzu sebagai buku.
            Lao Tzu (yang nama keluarganya dikatakan adalah Li, dan nama pribadinya adalh Tan), dan yang lain berkenaan dengan munculnya buku itu sendiri. tidak perlu ada kaitan diantara dua hal tersebut, karena sangat mungkin bahwa benar-benar ada seorang tokoh yang hidup yang dikenal sebagai Lao Tan yang berusia lebih Tua daripada Confucius, tetapi bahwa buku yang berjudul Lao-tzu merupakan hasil karya yang muncul dikemudian hari. Pandangan inilah yang kebanyakan dianut, dan tidak perlu bertentangan dengan catatan-catatan tradisi tentang Lao Tzu sebagai tokoh, karena dalam catatan-catatan ini tidk terdapat pernyataan bahwa sang tokoh, bernama Lao Tzu, benar-benar, menulis buku yang judulnya menggunakan namanya sendiri. karena itulah saya bersedia menerima kisah-kisah tradisional berkenaan dengan Lao Tzu sebagai tokoh, sekaligus menempatkan buku yang berjudul Lao-tzu, pada periode yang lebih kemudian.
C.    Tao, yang-Tak Bisa Diberi Nama
            Dalam bab yang lalu, kita telah melihat bahwa para filsuf mazhab Nama-nama, melalui penyelidikan terhadap nama-nama, berhasil menemukan “sesuatu yang terletak di luar ruang dan bangun”. tetapi kebanyakan orang hanya berpikir dari sudut “apa yang terletak dalam ruang dan bangun”, yaitu dunia aktual. melihat kepada hal-hal yang aktual, mereka tidak memiliki kesulitan dalam mengungkapkannya, dan meskipun mereka menggunakan nama-nama hal itu, namun mereka tidak menyadari bahwa yang mereka yang gunakan itu adalah nama-nama. Dengan demikian, ketika para filsuf mazhab nama-nama mulai berfikir tentang nama-nama itu sendiri, maka pemikiran ini menunjukansuatu kemajuan yang besar. Berpikir tentang nama-nama adalah berpikir tentang pemikiran. Inilah pemikiran tentang pemikiran dan oleh karena itu merupakan pemikiran pada tahap yang lebih tinggi.
D.    Perkembangan
Ada yang memahami Tao sebagai filsafat, ada juga yang memahaminya sebagai agama. Bidang-bidang yang berkembang berdasarkan paham Taoisme, antara lain: Taiji, Qigong, bidang kesehatan, Kimia, musik, dsb. Salah satu perkumpulan Taoisme di Cina memiliki kumpulan kitab-kitab hasil kajian Taoisme.[4]
 Kitab-kitab tersebut berisikan rangkuman tentang ajaran asli Taoisme, peraturan Taoisme, Qigong, kajian-kajian  tentang kesehatan, Kimia, musik dsb. Kitab suci agama Tao adalah Tao Te Ching, yang terdiri dari 5000 huruf,  ditulis secara gaib dengan bahasa kiasan. 
 Isi kitab yang terdiri dari 82 bab tersebut dapat dibagi menjadi dua:
   1. Tao, yang diyakini dari mana asal muasal apa yang ada di alam ini
   2. Te, yaitu daya yang diperoleh dengan mengikuti Tao
            Versi lain mengataanTao Te Ching memiliki judul asli Lau Tzu. Nama itu diberikan oleh WangPi (226-149).[5]
            Sebagian mengatakan bahwa kitab tersebut ditulis banyak orang, sebagian lagi mengatakan dikarang oleh muridnya, dan kitab tersebut adalah karakter fiktif. Selain Tao Te Ching, ada beberapa kitab agama Tao, yaitu :
1.      Chuang Tzu / Zuangzi
2.      Leizi / Lieh Tzu
3.      Huainanzi
4.      BaoPuzi.


E.     Ajaran-ajarannya
Di dalam Taoisme, ketuhanan terwujud di dalam berbagai cara. Dalam pengertian, semua penciptaan yang ada  di alam ini adalah bukti keberadaan Tuhan.  Tao dikenal dengan dengan dewa-dewa, seperi: Lao Zi, Taishang Laojun, Dewa Lau. Tao memiliki konsep unik untuk memperoleh keberhasilan, yaitu WuWei, atau tanpa berbuat, tanpa bertindak
Berdasarkan konsep WuWei, apapun yang dilakukan oleh manusia harus menyelaraskan diri dengan alam.  Pengikut Tao, menekankan pencegahan sejak awal. Apabila ada masalah kecil harus segera diselsaikan, karena jika tidak, masalah akan menjadi besar dan tenaga yang dibutuhkan akan semakin besar.
Dalam masalah hukum dan undang-undang yang berlaku dalam suatu negara, diusahakan untuk tidak terlalu banyajk membebani rakyat, karena masing-masing orang punya cara sendiri untuk menyelesaikannya.
            Dalam konsep Tao, kebaikan yang dilakukan di dunia ini akan dibalas dengan kebaikan pula, begitupun kejelekan. Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita berpikir dan bertindak bertentangan dengan langit dan bumi, maka roh dalam diri kita akan lapor kepada bintang-bintang. Dan akan mendatangkan hukuman.[6]
 Dalam pndangan agama Tao, orang mati berusia muda atau dalam kandungan, tidak dikenai hukuman. Karena belum membuat kesalahan. kemudian Dalam agama Tao, juga mengakui adanya dosa turunan, yaitu dosa yang diwariskan oleh leluhur kepada anak cucu Langit dalam agama Tao dianggap memiliki kekuasaan tertinggi, dan mengetahui apa yang ada di bumi. Fenomena alam yang terjadi, seperti banjir, gempa bumi, merupakan pertanda dari langit, agar manusia membaca pertanda itu.
 Kekayaan yang didapat manusia adalah imbalan dari kebaikan yang diperbuatnya.Suatu Bagian yang sentral dari Tao Te Ching menyatakan bahwa langit dan bumi adalah guru penuh kebaikan.
F.     Ritual-Ritual
Penganut Tao, melakukan ritual sembahyang dan memanjatkan doa-doa di Klenteng. Sedang di Indonesia, selain di klenteng juga di Vihara Tridharma. Bagi penganut yang mempunyai meja sembahyang di rumah, maka mereka pun juga melakukan sembahyang di situ. Mereka bersembahyang dengan menghaturkan terimakasih atas pemberian Tuhan, memohon kelamatan, rejeki dan perlindungan.PenganutTao, melakukan ritual sembahyangnya dan memanjatkan doa-doa mereka di Klenteng-klenteng. Sedang di Indonesia, selain di klenteng juga di ViharaTridharma.Bagi penganut yang mempunyai meja sembahyang di rumah, maka mereka pun juga melakukan sembahyang di situ. [7]
Mereka bersembahyang dengan menghaturkan terimakasih atas pemberian Tuhan, memohon keselamatan, rejeki dan perlindungan. “Rencanakan hal-hal yang sulit dari hal-hal yang mudah terlebih dahulu; lakukan hal-hal yang besar dari hal-hal yang paling kecil dahulu; hal yang paling sulit di dunia ini dimulai  dari  hal-hal yang paling mudah; hal yang paling besar di dunia dimulai dari hal yang paling kecil”

DAFTAR PUSTAKA
Tanggok,  M. Ikhsan , Mengenal Lebih Dekat Agama Tao,  Jakarta :UIN Jakarta    Press: 2006
Smith, Huston, terj,  Agama-Agama Manusia, , Jakarta: Yayasan Obor indonesia,   2001
http://winsig-cina.blogspot.com



[1] http://winsig-cina.blogspot.com
[2]Dr. M. IkhsanTanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, h. 17.
[3]Huston Smith, Agama-agama Manusia, h. 231

[4]Huston Smith, Agama-agama Manusia, hal. 231
[5] Ibid, hal. 77
[6] ibid, hal. 96-122
[7]  ibid, hal. 139

Tidak ada komentar:

Posting Komentar